Thursday, December 15, 2016

Mesin Teh Pasir Canar

Salam Teh…

Pasir Canar yang pada bulan Juli 2016 sudah mengantongi badan hukum dalam bentuk CV. Pasir Canar terus bergerak selangkah demi selangkah dan terus berinovasi. Sebelumnya CV. Pasir Canar berinovasi dalam bentuk olahan teh-teh premium yang kemudian menjadi andalan, teh tersebut diantaranya Teh Kuning, Teh Bambu dan Teh Gepeng yang mana untuk memproduksi teh-teh tersebut memerlukan mesin-mesin pembuatnya. Mesin-mesin yang dibuat adalah pengembangan dari mesin-mesin teh yang sudah ada dan sebagian merupakan hasil kreasi/inovasi oleh ahli (Alm. H.M. Oero) seperti mesin pembuat Teh Bambu dan Teh Gepeng, adapun mesin pembuat Teh Kuning merupakan pengembangan dari mesin-mesin teh yang sudah ada. Rangkaian mesin (Teh Kuning) tersebut bisa juga dipakai untuk pengolahan jenis teh lain seperti Teh Hijau dan Teh Merah.

Mesin-mesin yang dibuat di CV. Pasir Canar dibuat dalam bentuk mini dengan kapasitas 25-30 kg pucuk basah per satu olahan dengan pertimbangan untuk pengolahan teh-teh premium, dengan kapasitas tersebut supaya bisa lebih terkontrol dalam setiap tahapan pengolahan, mengingat pentingnya menjaga kualitas untuk hasil Teh Premium.

Berikut adalah mesin-mesin CV. Pasir Canar :                                                           
1.      Withering Trough (Pelayuan dingin)



2.      Pelayuan Panas


3.      Penggilingan


4.      Bak Fermentasi


5.      Blow Dryer


6.      Rotary Dryer


Besar harapan kami akan perkembangan Teh di Indonesia, Negeri yang kita cintai ini baik teh Premium maupun Non Premium, mudah-mudahan sumbangsih produk-produk CV. Pasir Canar baik dalam bentuk hasil olahan maupun mesin-mesin yang kami buat ikut mendongkrak nilai Teh di Indonesia.

Sebagai tambahan informasi bahwa mesin kami sudah dipesan oleh salah satu Perusahaan/Perkebunan swasta di Jawa Tengah, saat ini mesin-mesin tersebut sudah terpasang dan siap produksi. Terima Kasih.

Saturday, November 26, 2016

Forum Expor Tahun 2016

Salam Teh…

Indonesia memiliki struktur tanah yang subur menjadikannya istimewa untuk bercocok tanam termasuh TEH, dengan keadaan ini Teh produksi Indonesia menjadi teh yang mempunyai cita rasa yang khas dan dijadikan teh yang tidak boleh hilang di pasaran dunia baik untuk dijadikan teh original maupun untuk bahan blending. Namun kenapa pasar teh Indonesia terus menurun setiap tahunnya di beberapa tahun terakhir ini.




Forum Expor Tahun 2016 diadakan di Hotel Borobudur Jakarta pada tanggal 21 November 2016 yang diselenggarakan oleh Direktorat Jendral Perdagangan Luar Negeri Kementrian Perdagangan mengambil tema “Peran Komoditi Teh Indonesia Di Era Persaingan Bebas”, membahas sampai sejauh mana sepak terjang para pemangku teh di bumi pertiwi ini, apa saja kendala-kendala yang dihadapi oleh para pemangku teh dari hulu sampaike hilir sampai mengakibatkan turunnya produksi teh Indonesia.
Berikut adalah beberapa kendala yang terungkapdiacara tersebut:
1.      Mutu yang tidak konsisten, akibatnya teh Indonesia sebagian besar lebih untuk dijadikan bahan blending di banding untuk dijadikan teh original.
2.      Kepastian volume teh yang ditawarkan naik turun, mengakibatkan ketidakpastian akan kapasitas/volume yang mana dibutuhkan kepastian dari pembeli untuk dapat memperhitungkan program pembelian mereka.
3.      Sulit diperolehnya angka-angka statistic teh oleh pembeli (angka produksi, angka konsumsi, perkapita, dll).
4.      Dan masih banyak lagi….

Adalah PR bagi kita semua untuk bisa mewujudkan peningkatan teh baik kualitas maupun kuantitas yang konsisten untuk bisa bersaing secara professional.

Acara tersebut juga menyediakan beberapa tempat untuk para pengusaha teh untuk memperkenalkan produk-produknya, baik produk yang sudah dikemas maupun untuk pasar bulk, diantaranya : PT. Pagilaran, PT. Harendong Green Farm, Teh Poci, Teh Liki, Arrafa Tea, CV. Pasir Canar, House of Tea, Tea Heart, dll.







Semoga dengan adanya kepedulian dari pihak pemerintah dan dukungan dari semua pihat  terutama  para pemangku kepentingan dalam teh dapat menggairahkan usaha teh dalam negeri yang juga ikut menyumbangkan devisa Negara dengan peningkatan yang signifikan, membantu meningkatkan SDM masyarakat Indonesia dan tidak lupa menambah lebih banyak lagi para penikmat dan pecinta teh dalam Negeri… amin.

Wasalam………

Saturday, October 29, 2016

Antioksidan

Salam Teh...

Teh merupakan minuman sehari-hari yang baik bisa diminum kapan saja, dimana saja dan dalam keadaan apa saja tergantung bagaimana kita mau menikmatinya. Bagi sebagian orang mungkin masih banyak pertanyaan apa sih manfaat ‘teh’? bagaimana cara minumnya? Ada varian apa aja dalam teh? Dan mungkin masih banyak pertanyaan-pertanyaan lainnya yang terkait dengan teh.
Soal manfaat teh tentu saja banyak selain menghilangkan rasa haus kita… bisa ditemui di artikel2 yang bercecer di Mbah Google, yang pasti dalam teh terdapat kandungan-kandungan senyawa yang menjadikan teh itu lebih bermanfaat dari hanya sekedar untuk diminum, yang paling terkenal senyawa yang terdapat dalam Teh adaah ANTIOKSIDAN, Apa itu?
Antioksidan “merupakan senyawa yang terdapat dalam Teh secara alami”, senyawa Antioksidan ini mampu memperlambat atau mencagah proses oksidasi lain, melindungi sel dari efek berbahaya Radikal Bebas…. Nah… apa itu Proses oksidasi… apa itu Radikal bebas??? Oksidasi adalah reaksi kimia yang dapat menghasilkan Radikal Bebas sehingga memicu reaksi berantai yang dapat merusak sel. Radikal Bebas adalah “species yang tidak setabil karena memiliki electron yang tidak berpasangan dan mencari pasangan electron dalam makromolekul biologi” Protein Lipida dan DNA dari sel manusia yang sehat merupakan pasangan electron yang baik, lalu dari mana datangnya Radikal Bebas ini? Dia dapat berasal  dari metabolism tubuh maupun faktor external lainnya (mungkin makanan/minuman yang kita konsumsi). Pemasanga Radikal Bebas dengan Protein dan DNA inilah yang disebut Proses Oksidasi, proses ini dapat menyebabkan kerusakan pada protein dan DNA diantaranya; kanker, penuaan, dan penyakit lainnya.

Jadi untuk mencegah Proses Oksidasi antara Radikal Bebas dengan Protein dan atau DNA dalam tubuh kita yaitu dengan ANTIOKSIDAN yang banyak terkandung dalam TEH. Mari kita minum teh, nikmati aromanya, rasanya, kenyamanannya… biarkan Antioksidan yang beperang dalam tubuh kita dalam rangka mencegah Proses Oksidasi yang merugikan tubuh kita.

Sejarah TEH di Indonesia

Salam Teh...

1684          Teh mask ke Indonesia berupa biji Teh (diduga teh sinensis) dari Jepang yang dibawa oleh bangsawan Jerman pegawai VOC bernama Andreas Clever, ditanam sebagai tanaman hias di Batavia/Tijgers Gracht (sekarang Jakarta).
1694          Seorang Rahib/Pendeta bernama Francois Valentijn ia melaporkan melihat tanaman Teh Sinensis (Perdu Teh dari Tiongkok) di halaman Rumah/Istana Gubernur Jendral VOC Jendral Johanes Camphuys di Batavia.
1728          Orang-orang Belanda memulai mencoba menanam Teh untuk keperluannya sendiri dengan menggunakan benih yang didatangkan dari Cina. Pengolahan Teh didukung oleh pemerintah VOC.
1753          Linaelus menulis system Binominal tentang Teh. John Hill menganggap Thea Virdis sebagai Teh Hijau, Thea Baliwa sebagai Teh Hitam.
1811          Pemerintahan Gubernur Jendral Raffles (1811 – 1816) menerapkan sistim Landrente (semua tanah milik Negara) rakyat penggarap harus membayar sewa tanah, diteruskan oleh Belanda hingga Tahun 1830.
1817          Berakhir pemerintahan Inggris di Nusantara, Pemerintah Hindia Belanda mendirikan ‘Land’s Plantentuin Buitenzorg’/ ‘Kebun Raya Bogor’ sebagai kebun Botani.
1824          Teh ditanam di Land’s Plantentuin Buitenzorg dan dikenalkan kepada Masyarakat. (ada yang mencatat tanaman Teh melengkapi di tahun 1826).
1828          Percobaan Teh dianggap berhasil, mulai diangun perkabunan sekala besar yang dipelopori oleh Jacobus  Isidorus Loudewijk Levian Jacobson (seorang ahli Teh) di Jawa, pada masa pemerintahan Gubernur Jendral Van Den Bosch. Teh menjadi salah satu tanaman yang terlibat dalam Cultuurstesel (dimulaikan Era Industri Perkebunan Teh di Nusantara).
1827          Teh berhasil ditanam di kebun percobaan Cisurupan Garut Jawa Barat, kemudian percobaan yang lebih besar sekalanya juga berhasil dilakukan di Wanayasa, Purwakarta dan di lereng Gunung Raung, Banyuwangi Jawa Timur.
1830          Cultuurstesel diterapkan dan Teh menjadi salah satu komoditi yang harus ditanam Rakyat. Dalam Peraturan yang diterapkan Pemerintah Kolonial berbunyi bahwa “setiap desa harus menyediakan 1/5 tanahnya untuk ditanami Komoditi Export dan panennya dijual ke Pemerintah denganharga yang ditetapkan Pemerintah”, peraturan itu juga “mewajibkan rakyat yang tidak punya lahan harus bekerja selama 75 hari dalam setahun”. Dalam praktiknya semua lahan harus ditanami dengan komoditas yang ditentukan oleh Pemerintah dan mereka yang tidak punya lahan harus bekerja setahun penuh di Perkebunan.

1833          Terdapat 1.700.000 batang pohon Teh denga hasil 16.833 Ton.
1835          Teh Kering olahan dari Jawa tercatat pertamakali diterima/dilelangkan di Amsterdam sebanyak 200 peti, setahun berikutnya dilakukan Swastanisasi Perkebunan Teh.
1841          Kebun Teh diseluruh Jawa baru ada -/+ 3.000 bou (2.129 Ha).
1843          Robert Fortune menemukan Hitam dan Hijau Teh karena prosesnya bukan tanamannya.
1846          Kebun Teh diseluruh Jawa baru ada -/+ 4.500 bou (3.193 Ha).
1872          Import benih Teh Assam, sebelumnya dari Tiongkok, Jepang.
1875-1880 Kebun Teh rakyat terdapat di Sinagar dan Parakan. A.B.B.  Crone (Bapak Teh Rakyat), membagikan biji Teh Cuma-Cuma kepada Rakyat di Cicurug dan Cibadak.
1877-1878 Teh Assamica mulai masuk ke Indonesia (Jawa) didatangkan dari Sri Lanka (Ceylon) dan ditanam oleh R.E. Kerkhoven di kebun Gambung, Jawa Barat (sekarang menjadi lokasi Pusat Penelitan Teh dan Kina). Karean Teh Assamica sangat cocok di Indonesia dan produksinya lebih tinggi secara berangsur pertanaman Teh Sinensis diganti dengan Teh Assamica dan sejak itupula Perkebunan Teh di Indonesia berkembang semakin luas.
1893          Kebun Teh Rakyat seluas 300 Ha.
1902          Thee Proefstation (Balai Penelitian) yang pertama di Bogor kemudian bernaung dibawah Centrale Proefstation Vereninging (CPV).
1909          Luas kebun Rakyat 8.000 Ha.
1910          Perluasan kebun Teh ke Sumatra Utara dimulai dengan dibangunnya Perkebunan Teh di daerah Simalungun. Menjelang Perang Dunia II Perdagangan Teh memberikan keuntungan besar bagi KAS Negeri Pemerintah Kolonial (berkantor di Amsterdam dan Rotterdam) terdapat 324 perusahaan (259 perusahaan di Jawa Barat atau 78%), sebelum Perang Dunia II Luas perkebunan Teh di Indonesia mencapai 230.000 Ha. Pada Perang Dunia II Lebih dari setengah Perkebunan Teh rusak karena perang. 1910-1914 dan 1920-1928 Periode puncak laju pertumbuhan Teh pertahun per Hektar menjadi rata-rata 6.3 % dengan laju pertumbuhan penanaman yang jauh lebih tinggi.
1910-1940 Perluasan Perkebunan di Selatan Priangan.
1918-1921 Depresi Ekonomi, Haya Pabrik-pabrik dekat Sukabumi yang disewa Pemerintah bertahan melakukan pengolahan Teh Rakyat.

1945          Setelah Perang Kemerdekaan, Pemerintah memperbaiki kembali Industri Teh, walaupun luasnya tidak mencapai keadaan sebelum perang tetapi produksinya meningkat TAJAM.

Sunday, August 28, 2016

Teh Pasir Canar

Salam Teh…

Pasir Canar memproduksi berbagai jenis teh dari hasil olahan pucuk teh Sinensis dan Assamica, dipetik dari kebun teh milik keluarga Oero di ketinggian kebun 1000 dpl, yang berlokasi di Desa Cisujen dan Desa Simpang Kecamatan Takokak Kabupaten Cianjur. Dan diolah di Pabrik Mini milik sendiri dimana mesin-mesinnya hasil rancangan Bpk. H. Muhammad Oero (Alm), pengembangan dari mesin-mesin yang sudah ada. Produksinya antara lain adalah : Teh Hijau Sinensis, Teh Kuning Sinensis, Teh Merah Sinensis, Teh Hijau Assamica, Teh Merah Assamica, Teh Bambu Sinensis, dan Teh Gepeng (Sinensis).
Sebagian dari produk-produk Pasir Canar dipasarkan dengan kemasan untuk memenuhi kebutuhan para Peminum Teh yang ingin secara langsung membeli dari Pasir Canar, produk-produk tersebut antara lain :

1.      Teh Hijau Sinensis
DEPKES RI P-IRT : 5103203011237-21
Teh yang diolah tanpa Oksidasi/fermentasi dinamai ‘Jugala Green Heart’ mengandung arti teh yang memiliki kemakmuran hati dengan seduhan yang hijau, memberikan rasa teh hijau yang mantap dan aroma sinensis yang khas.





2.      Teh Kuning Sinensis
DEPKER RI P-IRT : 5103203021237-21
Teh dengan pengolahan semi Oksidasi/Fermentasi menjadi Teh Unggulan produk Pasir Canar, dengan warna seduhan kuning keemasan ini dinamai ‘Canar Goden Snail’ mengandung arti Teh Kuning unggulan Pasir Canar berbentuk siput, menawarkan rasa teh yang lembut dengan aroma teh sinensis yang wangi teh asli semerbak seperti wangi bunga.

3.      Teh Merah Sinensis
DEPKES RI P-IRT : 5103203031237-21
Teh ini diolah dengan cara full Oksidasi/Fermentasi, jenis pengolahan seperti ini dikenal dengan nama Black Tea tapi di China dikenal dengan Hong Cha ‘Teh Merah’. Pasir Canar menami teh ini ‘Crimson Beauty’ mengandung arti Keindahan lembayung merah di sore hari.

4.      Teh Hijau Assamica
DEPKES RI P-IRT : 5103203041237-21
Teh tanpa oksidasi/fermentasi yang menggunakan bahan baku teh Assamica ini di namai ‘Green Long Tea’ mengandung arti Teh hjau yang yang selalu melekat dalam ingatan, dengan menyuguhkan rasa khas teh Assamica yang sepet nikmat.

5.      Teh Merah Assamica
DEPKES RI P-IRT : 5103203051237-21
Teh Assamica yang diolah denga full oxidisi/Fermentasi, aroma khas teh assamica yang diolah premium memberikan rasa yang lebih mantap. Dengan nama ‘Euceuy Tinyuhan’ mengandung arti seduhan yang merah.


Selamat menikmati Teh Asli Pasir Canar

Saturday, August 27, 2016

H. Muhammad Oero

Salam Teh…
Innalillahi Wainnailaihi Rojiun…
Sesungguhnya semuanay dari Allah maka
semuanya akan kembali kepadaNya


               Tanggal 20 Mei 2016 telah mendahului kita Bpk. H. Muhammad Salim Bin MAZ Oero tepatnya pada pukul 01.15 dini hari. Beliau adalah seorang figure yang sangat  baik untuk dicontoh oleh kita semua. Lahir dari pasangan suami istri Bapak  H. M.A.Z. Oero dan Ibu Ining, kelahiran 12 MAret 1950 di Desa Cisujen Kecamatan Takokak Kabupaten Cianjur,  di usia 66 (enam puluh enam) tahun beliau meninggalhan 4 anak ; Mei-mei Maesyaroh Hamidah, Egi Abdul Kudus Hamdani, Ferri Kurnia, dan Leo Nugraha dari istri pertamanya Alm Hj. Yennie Resmiyani Binti Abdul Latief Kartawidjaja, dan dari istri ke duanya Ibu Euis Suherti Binti Sasmita : Irham Abdul Latief Bin Endang Suherli, Nurhasanah Binti Endang Suherli, dan anak yang sedang dikandung usia 5 Bulan. Mudah-mudahan semua amal kebaikannya diterima disisi Allah SWT, diampuni dari segala dosanya dan ditempatkan di dalam Sorga Firdaus… Amin Ya Robbal Alamin…. Selamat Jalan.


#LATEPOST

Mohon maaf kepada pembaca setia Blog Pasir Canar, masa berkabung yang terlalu lama, sekali lagi maaf. Banyak sekali perkembangan-perkembangan yang belum di post di blog ini mudah-mudahan penulis bisa melancarkan kembali posting perkembangan Pasir Canar.

Friday, March 11, 2016

Siapa Berani

Salam Teh…
Siapa berani? Bukan kuis ini… hanya ungkapan penulis yang sedang kebingungan menjalani tugas dan tanggung jawab, tenang saja bukan sesuatu yang berat sebenarnya. Tapi ungkapan itu mewakili fikiran yang sedang berlari-lari dalam fikiran saya, abis gimana??? Jika seandainya ada orang yang disimpan disuatu tempat tanpa diberi tahu lokasinya dimana atau ada apa didekat sekelilingnya, hanya dibekali penunjuk jalan secara lisan “Berjalanlah, karena disana ada jalan yang menuju tempat kesuksesan” sedangkan disana gelap gulita sampai tidak bisa melihat batang hidungnya sendiri, hayo… mau gimana? Sedangkan sudah berdiri disana, mau pulang ga tahu kemana mau maju juga sama gelap gulita disekeliling…… tidak ada pilihan lain memang selain mengangkat kaki perlahan dan menginjakannya sekalipun kita tidak tau apa yang kita injak, dari pada diam tidak bergerak dan mati ditempat tanpa berusaha.


Katanya Teh ini Valuable ??? katanya teh ini uueeennaaakkkk??? Katanya teh ini berkhasiat dahsyat???? Katanya, katanya, katanya…. saya jadi bingung, begini ceritanya; teh ini dikatakan valuable, uenak, berkhasiat, dll jika diolah menurut standar yang sudah ada, oh maaf saya lupa saya sedang membicarakan daun camellia sinensis kloon sinensis, teh ini sangat popular dengan hasil olahan Teh Oolong. Ya… harga jualnya mulai Rp. 750.000/kg sampai …. Mungkin jutaan rupiah. Itupun jika diolah menjadi hasil olahan menurut produksi teh yang sudah ada diantaranya; Tie Guan Yin (oolong tea Fujian China), Jin Jun Mei, Lapsang Souchong, Da Hong Pao (Rock Oolong Tea), Long Jing (green Tea), Chun Mee (Green Tea), Hunan Yellow Tea, Pouchong, dan lain-lain yang sebenarnya penulis juga baru liat namanya di internet bentuknya juga belum liat secara keseluruhan kecuali dalam bentuk gambar yang disajikan oleh Om Google (makasih Om), apalagi cara pengolahannya…. BLANK abis!!! Tidak mengerti sama sekali.



Jadi gimana ya… kebun yang sedikit yang ada di Pasir Canar tempat saya bekerja 90% tanamannya kloon sinensis, untuk mengolah teh dengan hasil olahan teh-teh yang disebutkan diatas diperlukan mesin-mesin yang khusus terutama untuk oolong dan yang pasti harus ada tea master-nya minimal yang mengajarkan cara pembuatannya, kami tidak punya itu. Yang kami punya tanaman teh kloon sinensis oolong 27, oolong 28, dan sukuy, itupun kalo namanya benar soalnya katanya nama aslinya bukan itu, hehehe maklum ceritanya kami menemukan jenis teh ini di tempat penjualan pembibitan sekitar daerah kami dan kami mencoba menanam dan memang hasil olahan pucuk jenis ini sangat jauh berbeda dengan kloon assamica (kami melakukan percobaan mengolah manual di atas wajan di dapur rumah kami pada awalnya), karena tertarik kami memutuskan untuk menanam dalam sekala yang lebih banyak. Mendengar cerita katanya dan katanya bahwa teh ini bernilai tinggi kemudian kami mencoba membuat mesin-mesin mini (dalam bentuk prototype) kemudian mengolah pucuk sinensis tersebut dengan sistim pengolahan yang standard teh hijau dan teh hitam, dan hasilnya Luar Biasa! berbeda dengan hasil olahan pucuk assamica, itu hanya sepenggal cerita laju perjalanan Pasir Canar.






Sekarang sudah berbeda dengan waktu itu, dulu yang niatnya untuk percobaan sekarang jadi komersil karena factor biaya yang sudah dikeluarkan cukup banyak untuk membangun perkebunan mini dan pabrik mini ini. Permasalahannya cuman satu sebenarnaya “Gimana Jualnya?”. Kita sudah memberanikan diri berjalan ditempat gelap, meskipun kita tidak tau bagaimana cara menanam yang benar teh sinensis, bagaimana cara merawatnya, dan tidak punya Tea Master untuk mengolah pucuknya dan yang paling riskan kita belum punya ujung tombaknya atau ‘Menguangkannya”. OK! kita tidak tau cara menanam, kita beranikan menanam dengan kepercayaan menanam teh kloon sinensis tidak jauh berbeda dengan kloon Assamica, Alhamdulillah sekarang sudah tertanam sampai 10 Ha. Kita tidak tau cara merawatnya, kita rawat berdasarkan feeling hehehe…. Dengan kepercayaan bahwa tanaman harus dipupuk sebagai makanan pokoknya, diobati jika sakit baik diserang hama ataupun jamur, dan dibentuk supaya terbentuk sesuai dengan keinginan kita, dan dipetik hasilnya. Kita tidak tau cara pengolahannya… kita olah sebisa kita, mesin kita buat sendiri (kalo beli kan mahal bro… harus pesen ke China atau Taiwan mungkin, kalo ga salah harganya diatas Rp. 350 Jeti….) Dengan kepercayaan bahwa Teh Hijau perinsipnya ‘tidak beleh teroksidasi, hindari oksidasi disetiap tahapan pengolahan’ dan Teh Merah sebaliknya ‘Harus dioksidasi’ Alhamdulillah semua jadi teh olahan dengan gaya Pasir Canar, tentu berbeda dengan hasil olahan yang sudah komersil beredar di pasaran. Teh kami diberi nama simple aja, ada Teh Hijau Sinensis (non oxidasi), Teh Kuning Sinensis (semi Oxidasi), Teh Merah Sinensis (full oxidasi), Green Long Tea (Teh Hijau Assamica), Red Long Tea (Teh Merah Assamica), dan juga kami sedikit berinprovisasi yang menghasilkan Teh Bambu (Teh Yang dikeringkan dalam Bambu) dan Teh Gepeng (Teh yang di press). Jualnya…..??? PR!.


Sekarang sudah setahun lebih saya ditugaskan untuk memasarkan teh-teh hasil olahan Pasir Canar, banyak sekali kendala-kendala yang ditemui, yang paling sering orang yang ditawari berkomentar “Kok bentuknya begini???” saya jelaskan bla…bla… bla… susah memang jualnya, hasil olahan kami rasa dan aromanya tidak kurang dari standar pengolahan, malahan punya rasa dan aroma yg khas… namun shape and appearances tidak lazim dengan yang beredar dipasaran, karena bentuk hasil olahan ya sudah jelas dibuat oleh mesin yang mana mesin kami tidak sama dengan mesin yang lain. Namun… kami tidak berhenti berjalan…  saat ini kami sudah bisa melihat batang hidung kami, Alhamdulillah, mudah-mudahan besok lusa kami bisa melihat kemana kaki harus dipijakan, kemana kami harus berpegangan, dan kemana arah yang dituju, amiiiiinnnnn.




Sunday, February 7, 2016

Pu Erh

Salam Teh…
Seperti kompos, seperti rumput kering, seperti kayu yang terfermentasi, seperti jenis-jenis yang tersimpan lama. Memang seperti itu rasa dan aromanya Teh Pu Erh, setidaknya  itu pendapat saya setelah mengikuti kelas Pu erh di Louis and Caroll Tea House di Jakarta Selatan. Sebuah sensasi baru buat saya dalam mencicipi ragam, rasa dan aroma teh yang disajikan oleh master Widjaja, karena teh memiliki banyak varian rasa, aroma dan bentuk.



Satu jenis teh dengan pengolahan yang sama saja bias berbeda, contohnya teh Pu Erh, bahan baku dari kebun yang berbeda dengan ketinggin dataran yang berbeda bias menghasilkan rasa dan aroma yang berbeda, mungkin untuk bentuk bisa dibuat serupa. Oleh karena itu lahirlah sebuah apresiasi besar dari para pecinta teh terhadap jenis-jenis olahan teh terutama jenis-jenis  teh special yang mungkin hanya bias ditemukan dalam satukali pengolahan saja yang belum tentu dapat diulang dikemudian hari dengan hasil rasa dan aroma yang sama. Apresiasi inilah yang sebenarnya membuat teh menjadi berharga.


Spesialisasi pada teh dengan ‘hak paten’ yang dibakukan oleh suatu Negara menjadi salah satu bagian yang bisa membuat teh berharga. Pu Erh contohnya, pengolahan teh dengan nama Pu Erh hanya diproduksi di satu provinsi di dunia yaitu di Provinsi Yunan di China. Pu erh ini sudah dipatenkan nama dan pengolahannya oleh Negara China. Berikut Hak patennya ;
1.      Bahwa Teh Pu Erh hanya dibuat dari bahan baku yang pohonnya tumbuh di Provinsi Yunan, jadi meskipun mempunyai pohon teh yang berkualitas baik dari usia pohon atau kloon unggulan tidak bisa diolah menjadi teh dengan nama PU Erh jika pohonnya tidak tumbuh di Provinsi Yunan.
2.      Pengolahan untuk teh Pu Erh hanya boleh dilakukan di pabrik-pabrik yang berada di Provinsi Yunan, meskipun bahan baku asli Yunan jika diolah di luar Yunan juga tidak bisa dikatakan Pu Erh.
3.      Proses Pressing/pembentukan dari teh Pu Erh juga harus dilakukan di Provinsi Yunan. Bahan baku Yunan, Pengolahan Yunan, tapi tidak difinishing di yunan, tetap tidak bisa dikatakan Pu Erh.


Bravo Yunan, China. Seperti itulah apresiasi yang diberikan kepada teh dan seperti itu juga harapan para Pecinta Teh Indonesia pada khususnya dalam mengapresiasi teh di Indonesia, jadi Teh bisa menghasilkan makna yang kuat dan manfaat tidak hanya bagi Pecinta Teh tapi juga bagi orang-orang yang berada disekitarnya, orang-orang yang bekerja didalamnya bahkan mengharumkan nama Bangsa.





Para pemangku Teh baik Micro maupun Makro punya peranan penting dalam berjuang mengapresiasikan teh, memasyarakatkan teh, dan men-Teh-kan masyarakat di seluruh Indonesia. Supaya teh Indonesia muncul di Internasional bukan hanya existensinya saja tapi juga dalam karya-karya anak bangsa yang berkualitas Permium. 

Tuesday, January 19, 2016

Ralat Penanaman Teh di Bali

Salam Teh…
Assalamualaikum Wr. Wb. Kawan pembaca setia blog Pasir Canar, kali ini penulis ingin menambahkan dan sedikit meralat tentang artikel sebelumnya yang berjudul “Penanaman Teh di Bali”. Dalam artikel itu diterangkan bahwa penanaman yang dbahas adalah penanaman teh pertama di Bali/Pulau Dewata, setelah di analisa… maksudnya ditelusuri dari kawan-kawan di komunitas ‘Pecinta Teh’ ternyata itu bukan penanaman Teh yang pertama karena ada yang menanam lebi dulu ditahun 2011 tepatnya. Sekarang mari kita bahas tentang hal tersebut, sebelumnya mohon ijin kepada Komunitas Pecinta Teh Indonesia mengenai pembahasan ini mengingat saya orang yang baru bergabung di komunitas tersebut yang diikutsertakan oleh Bu Ratna Somantri, terima kasih Bu Ratna.



Adalah Bpk. Wawan yang mungkin sudah bisa dikatakan orang Bali mengingat beliau tinggal di Bali sejak 1979 meskipun beliau asal dari Bandung Jawa Barat kelahiran 1957, beliaulah yang menanam Teh di Jatiluwih Bali sebanyak 125 pohon kloon Sinensis di Tahun 2011 sebagai tanaman koleksi pribadi, ‘cukup untuk saya dan kawan-kawan’ katanya. Jumlah tersebut termasuk dimaksudkan untuk percobaan mengenai kecocokan tanaman tersebut karena beliau berencana untuk menanam Teh seluas 5 Ha di Bali. Mudah-mudahan tanaman Teh yang ditanam Bpk. Wawan lestari dan bermanfaat sesuai dengan tujuan dan harapannya, sehingga bisa bermanfaat bagi Pecinta Teh di Indonesia khususnya dan semua orang pada umumnya. Terima kasih Pa Wawan.



Meskipun penulis belum pernah bertatap muka langsung dengan beliau apalagi melihat kebunnya secara langsung, tetapi sumber ini diyakinkan Insya Allah BISA DIPERCAYA. Hatur Nuhun Pa Wawan.



Monday, January 4, 2016

Penanaman Teh Sinensis di Bali

Salam Teh...

          Di penghujung Tahun 2015 merupakan satu catatan penting dalam perkembangan dunia teh di indonesia, kenapa tidak? Hari itu 29 Desember 2015 diresmikannya penanaman teh di desa Baturuiti Tabanan Bali. Kebun dibawah managament PT. Bali Cahaya Amerta yang dipimpin oleh Ibu Ayu membuka lahan permulaan seluas 2 Ha ditanah ketinggian 1000 m dpl dari 50 Ha yang direncanakan.
         
          Penanaman teh yang investor-y oleh penduduk Bali asli Bpk Ketut dilakukan sistim organik, mengingat kesadaran akan hidup sehat semakin diperlukan oleh manusia. Penanaman tersebut dihadiri oleh Dinas Perkebunan Bali, Dinas Pertanian Bali, Camat Tabanan, Kepala Dusun Baturiti, Ketua adat setempat dan para undangan lain termasuk pengusaha-pengusaha teh dari dalam dan luar negeri diantaranya Singapore.

         


          Dalam wejangannya Dinas Perkebunan menyatakan bahwa penanaman teh tersebut adalah penanaman Teh Pertama di Bali yang diharapkan bisa ikut menyemarakan dunia Teh di Indonesia yang bersaing di kancah Internasional. Titipan juga disampaikan oleh Departement Pertanian mengenai penjagaan kelestarian alam di Bali Khususnya di Kecamatan Tabanan ini yang mana di Kecamatan ini dijdaikan sentra agricultur di Bali, anjuran penanaman pohon-pohon yang tidak merusak alam atau pohon-pohon yang bersahabat dengan alam disampaikan secara tegas.




         Dalam sambutannya Bpk Ketut menyampaikan Visi dan Misinya dalam merealisasikan perkebunan ini, diantaranya Meningkatkan kehidupan ekonomi khususnya penduduk disekitar perkebunan, menambah catatan dalam sejarah agricultur di Bali dengan penanaman Teh Perdana
di Bali, menawarkan Pariwisata Agriculture di bali. Beliau juga banyak mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang mendukung hingga terselenggaranya/terwujudnya penanaman Teh Sinensis di Tabanan Bali, diantaranya Perkebuanan Pasir Canar yang dihadiri langsung oleh pemiliknya H. Muhammad Oero selaku penyedia Bibit Teh Sinensis jenis Oolong 27, Oolong 28 dan Sukuy.



          Mudah-mudahan dengan adanya Perkebuanan Teh baru di pulau Dewata ini menambah semaraknya pergelutan Teh di Negara Indonesia yang kita cintai ini. Premium Tea indonesia kembali harum namanya karena kualitasnya yang di minati diseluruh Dunia.... Amiiiinn.....












Kondisi & Prospek Bisnis Teh Hijau Rakyat

 Assalamualaikum wr wb Salam Teh...           Dies Natalis PPTK Gamboeng ke 50... Selamat dan sukses selalu. Kali ini diwarnai dengan webina...