Friday, March 11, 2016

Siapa Berani

Salam Teh…
Siapa berani? Bukan kuis ini… hanya ungkapan penulis yang sedang kebingungan menjalani tugas dan tanggung jawab, tenang saja bukan sesuatu yang berat sebenarnya. Tapi ungkapan itu mewakili fikiran yang sedang berlari-lari dalam fikiran saya, abis gimana??? Jika seandainya ada orang yang disimpan disuatu tempat tanpa diberi tahu lokasinya dimana atau ada apa didekat sekelilingnya, hanya dibekali penunjuk jalan secara lisan “Berjalanlah, karena disana ada jalan yang menuju tempat kesuksesan” sedangkan disana gelap gulita sampai tidak bisa melihat batang hidungnya sendiri, hayo… mau gimana? Sedangkan sudah berdiri disana, mau pulang ga tahu kemana mau maju juga sama gelap gulita disekeliling…… tidak ada pilihan lain memang selain mengangkat kaki perlahan dan menginjakannya sekalipun kita tidak tau apa yang kita injak, dari pada diam tidak bergerak dan mati ditempat tanpa berusaha.


Katanya Teh ini Valuable ??? katanya teh ini uueeennaaakkkk??? Katanya teh ini berkhasiat dahsyat???? Katanya, katanya, katanya…. saya jadi bingung, begini ceritanya; teh ini dikatakan valuable, uenak, berkhasiat, dll jika diolah menurut standar yang sudah ada, oh maaf saya lupa saya sedang membicarakan daun camellia sinensis kloon sinensis, teh ini sangat popular dengan hasil olahan Teh Oolong. Ya… harga jualnya mulai Rp. 750.000/kg sampai …. Mungkin jutaan rupiah. Itupun jika diolah menjadi hasil olahan menurut produksi teh yang sudah ada diantaranya; Tie Guan Yin (oolong tea Fujian China), Jin Jun Mei, Lapsang Souchong, Da Hong Pao (Rock Oolong Tea), Long Jing (green Tea), Chun Mee (Green Tea), Hunan Yellow Tea, Pouchong, dan lain-lain yang sebenarnya penulis juga baru liat namanya di internet bentuknya juga belum liat secara keseluruhan kecuali dalam bentuk gambar yang disajikan oleh Om Google (makasih Om), apalagi cara pengolahannya…. BLANK abis!!! Tidak mengerti sama sekali.



Jadi gimana ya… kebun yang sedikit yang ada di Pasir Canar tempat saya bekerja 90% tanamannya kloon sinensis, untuk mengolah teh dengan hasil olahan teh-teh yang disebutkan diatas diperlukan mesin-mesin yang khusus terutama untuk oolong dan yang pasti harus ada tea master-nya minimal yang mengajarkan cara pembuatannya, kami tidak punya itu. Yang kami punya tanaman teh kloon sinensis oolong 27, oolong 28, dan sukuy, itupun kalo namanya benar soalnya katanya nama aslinya bukan itu, hehehe maklum ceritanya kami menemukan jenis teh ini di tempat penjualan pembibitan sekitar daerah kami dan kami mencoba menanam dan memang hasil olahan pucuk jenis ini sangat jauh berbeda dengan kloon assamica (kami melakukan percobaan mengolah manual di atas wajan di dapur rumah kami pada awalnya), karena tertarik kami memutuskan untuk menanam dalam sekala yang lebih banyak. Mendengar cerita katanya dan katanya bahwa teh ini bernilai tinggi kemudian kami mencoba membuat mesin-mesin mini (dalam bentuk prototype) kemudian mengolah pucuk sinensis tersebut dengan sistim pengolahan yang standard teh hijau dan teh hitam, dan hasilnya Luar Biasa! berbeda dengan hasil olahan pucuk assamica, itu hanya sepenggal cerita laju perjalanan Pasir Canar.






Sekarang sudah berbeda dengan waktu itu, dulu yang niatnya untuk percobaan sekarang jadi komersil karena factor biaya yang sudah dikeluarkan cukup banyak untuk membangun perkebunan mini dan pabrik mini ini. Permasalahannya cuman satu sebenarnaya “Gimana Jualnya?”. Kita sudah memberanikan diri berjalan ditempat gelap, meskipun kita tidak tau bagaimana cara menanam yang benar teh sinensis, bagaimana cara merawatnya, dan tidak punya Tea Master untuk mengolah pucuknya dan yang paling riskan kita belum punya ujung tombaknya atau ‘Menguangkannya”. OK! kita tidak tau cara menanam, kita beranikan menanam dengan kepercayaan menanam teh kloon sinensis tidak jauh berbeda dengan kloon Assamica, Alhamdulillah sekarang sudah tertanam sampai 10 Ha. Kita tidak tau cara merawatnya, kita rawat berdasarkan feeling hehehe…. Dengan kepercayaan bahwa tanaman harus dipupuk sebagai makanan pokoknya, diobati jika sakit baik diserang hama ataupun jamur, dan dibentuk supaya terbentuk sesuai dengan keinginan kita, dan dipetik hasilnya. Kita tidak tau cara pengolahannya… kita olah sebisa kita, mesin kita buat sendiri (kalo beli kan mahal bro… harus pesen ke China atau Taiwan mungkin, kalo ga salah harganya diatas Rp. 350 Jeti….) Dengan kepercayaan bahwa Teh Hijau perinsipnya ‘tidak beleh teroksidasi, hindari oksidasi disetiap tahapan pengolahan’ dan Teh Merah sebaliknya ‘Harus dioksidasi’ Alhamdulillah semua jadi teh olahan dengan gaya Pasir Canar, tentu berbeda dengan hasil olahan yang sudah komersil beredar di pasaran. Teh kami diberi nama simple aja, ada Teh Hijau Sinensis (non oxidasi), Teh Kuning Sinensis (semi Oxidasi), Teh Merah Sinensis (full oxidasi), Green Long Tea (Teh Hijau Assamica), Red Long Tea (Teh Merah Assamica), dan juga kami sedikit berinprovisasi yang menghasilkan Teh Bambu (Teh Yang dikeringkan dalam Bambu) dan Teh Gepeng (Teh yang di press). Jualnya…..??? PR!.


Sekarang sudah setahun lebih saya ditugaskan untuk memasarkan teh-teh hasil olahan Pasir Canar, banyak sekali kendala-kendala yang ditemui, yang paling sering orang yang ditawari berkomentar “Kok bentuknya begini???” saya jelaskan bla…bla… bla… susah memang jualnya, hasil olahan kami rasa dan aromanya tidak kurang dari standar pengolahan, malahan punya rasa dan aroma yg khas… namun shape and appearances tidak lazim dengan yang beredar dipasaran, karena bentuk hasil olahan ya sudah jelas dibuat oleh mesin yang mana mesin kami tidak sama dengan mesin yang lain. Namun… kami tidak berhenti berjalan…  saat ini kami sudah bisa melihat batang hidung kami, Alhamdulillah, mudah-mudahan besok lusa kami bisa melihat kemana kaki harus dipijakan, kemana kami harus berpegangan, dan kemana arah yang dituju, amiiiiinnnnn.




Kondisi & Prospek Bisnis Teh Hijau Rakyat

 Assalamualaikum wr wb Salam Teh...           Dies Natalis PPTK Gamboeng ke 50... Selamat dan sukses selalu. Kali ini diwarnai dengan webina...